Jumlah Relawan Semakin Menurun, Anak-Anak di Pengungsian Terabaikan
JALIN MERAPI (Magelang, Kamis, 25 Nov 2010). Jumlah relawan di barak pengungsian di Kota Magelang kian hari jumlahnya ternyata makin sedikit. Bahkan, hingga Rabu (24/11) kemarin, dari pantauan di Barak Bumi Kyai Sepanjang, relawan non TNI dan karyawan Pemkot Magelang jumlahnya hanya segelintir. Hari-hari tertentu, mereka bahkan tak ada sama sekali. Kondisi ini tak pelak membuat anak-anak pengungsi terkesan liar di barak. Tak ada yang membimbing mereka dalam bermain maupun belajar.
Padahal, menurut Suharjo, Sekretaris Disnakertrans yang tiap hari bertugas di barak tersebut, hingga sekarang, jumlah pengungsi yang menempati Bumi Kyai Sepanjang masih relatif sama dengan awal dibuka dulu. “Hanya berkurang sedikit, hanya puluhan warga yang sudah pulang ke rumah mereka masing-masing," ungkap Harjo, sapaan akrabnya. Berdasarkan data Satkorlak per tanggal 21 November kemarin, masih terdapat 689 warga yang menempati pos yang dikelola Pemkot Magelang ini.
Harjo mengungkapkan, pada awal Gedung Bumi Kyai Sepanjang dibuka sebagai tempat pengungsian, jumlah relawan membludak, dalam seharinya rata-rata ada sepuluh relawan non TNI dan karyawan Pemkot yang membantu mengurus pengungsi."Mereka rata-rata pelajar dan mahasiswa," kata Harjo, sapaannya. "Sepertinya mereka (relawan-red) sudah pada jenuh Mas," duga Harjo.
Akhmad Nasir, Direktur Combine Resource Institution, menyatakan bahwa menurunnya jumlah relawan disebabkan perkuliahan dan sekolah sudah aktif kembali. Nasir mencontohkan, “Sebagian relawan Jalin Merapi yang sangat militan sekarang menurun intensitas kerjanya karena mereka masih kuliah. Jadi, mereka harus membagi waktu dengan kuliah mereka.” Selain faktor kuliah dan sekolah yang sudah aktif tersebut, Nasir menduga terdapat anggapan di kalangan relawan bahwa kebutuhan relawan sudah tidak terlalu urgen ketika warga sudah kembali ke rumah. Faktor pengetahuan tentang kondisi lapangan ini diduga membuat beberapa relawan memilih berhenti beraktivitas sebagai relawan. Padahal, menurut Nasir, tenaga relawan masih sangat dibutuhkan hingga saat ini, termasuk ketika para pengungsi sudah kembali ke rumah.
Harjo berharap kepada kalangan pelajar SMA dan mahasiswa untuk berkenan kembali menjadi relawan di Bumi Kyai Sepanjang. Saat ini, ujar dia, relawan di Bumi Kyai Sepanjang didominasi oleh TNI dan karyawan Pemkot, itu pun sudah punya tugas tetap yakni di dapur umum dan mengurus logistik. Sedang untuk masalah pendidikan dan bermain anak belum ada yang mengurus. "Jadi wajar, kalau anak-anak tiap harinya berkeliaran di sekitar posko," katanya.
Relawan dari pelajar dan mahasiswa, saat ini sangat dibutuhkan guna membimbing anak-anak di pos pengungsian."Sekolah darurat memang ada tapi waktunya cuma sedikit. sehingga anak-anak lebih banyak tak terkontrol," ujar Harjo. Untuk itu, Harjo membuka seluas-luasnya kepada pelajar dan mahasiswa untuk menjadi relawan, dan akan diberi tugas membimbing anak-anak agar tidak berkeliaran di sekitar posko."Biar mereka (anak-anak-red) punya kegiatan yang positif. Bermain sambil belajar lah," ungkapnya. (AAW, relawan Jalin Merapi Magelang
Post a Comment