Hati yang lapang dan ikhlas
Datanglah seorang anak muda ke sebuah rumah sederhana yang ditinggali seorang kiai yang arif. Permuda tersebut menyampaikan beberapa kegundahan hatinya, segala persoalan hidup yang dihadapinya kepada sang kiai. Kiai itu hanya mengangguk-angguk dan kemudian dia beranjak dari tempat duduknya menuju ke dalam ruangan dalam rumahnya. Kiai tersebut menggenggam garam dan segelas air putih, kemudian garam tersebut di tuangkan dalam segelas air dan diaduknya hingga larut. Lantas menyuruh anak muda tadi meminum air dalam gelas yang sudah dituang garam dan menanyakan bagaimana komentar si pemuda. Pemuda tersebut mengatakan : “ Air ini terasa pahit… “ Kiai yang arif tersebut tidak berkata apa-apa hanya mengangguk-angguk, lantas mengajak si pemuda keluar menuju ke sebuah telaga yang berada tidak jauh dari rumahnya.
Kemudian sang kiai menungkan segenggam garam kedalam telaga itu dan mengadukkannya beberapa saat. Lantas si pemuda disuruh mengambil air telaga tersebut dan meminumnya. Kiai tersebut menanyakan apa komentar pemuda itu setelah meminum air telaga yang telah di taburi garam. “Rasanya menyegarkan ….”
Lantas kiai yang arif tersebut memberi nasihatnya.”Semua permasalahanmu didunia ini tidak lebih bagai segenggam garam. Jika garam di taburkan dalam tempat sebesar gelas maka rasa air yang ada dalam gelas terasa pahit. Sebaliknya bila garam ditaburkan dalam sebuah telaga justru menyegarkan. Demikian juga dengan kegelisahan, masalah hidup dan kegetiran hidup dimanapun adanya tetap sama, namun semua tergantung tempat kita meletakkan semua masalah hidup kita tersebut, tempat sebesar gelas ataukah sebesar telaga. Jadi ketika seseorang meletakkan semua permasalahan hidup di dalam tempat yang luas yaitu dalam hati yang lapang dan ikhlas maka semua persoalan, kegetiran dan permasalahan hidup akan terasa menyegarkan.
Kemudian sang kiai menungkan segenggam garam kedalam telaga itu dan mengadukkannya beberapa saat. Lantas si pemuda disuruh mengambil air telaga tersebut dan meminumnya. Kiai tersebut menanyakan apa komentar pemuda itu setelah meminum air telaga yang telah di taburi garam. “Rasanya menyegarkan ….”
Lantas kiai yang arif tersebut memberi nasihatnya.”Semua permasalahanmu didunia ini tidak lebih bagai segenggam garam. Jika garam di taburkan dalam tempat sebesar gelas maka rasa air yang ada dalam gelas terasa pahit. Sebaliknya bila garam ditaburkan dalam sebuah telaga justru menyegarkan. Demikian juga dengan kegelisahan, masalah hidup dan kegetiran hidup dimanapun adanya tetap sama, namun semua tergantung tempat kita meletakkan semua masalah hidup kita tersebut, tempat sebesar gelas ataukah sebesar telaga. Jadi ketika seseorang meletakkan semua permasalahan hidup di dalam tempat yang luas yaitu dalam hati yang lapang dan ikhlas maka semua persoalan, kegetiran dan permasalahan hidup akan terasa menyegarkan.
Labels: menasehati hati
Post a Comment