« HOME | Memupuk rasa tanggung jawab anak » | Mengenal Alloh sejak dini » | Bagaimana merangsang kecerdasan majemuk anak » | Kerinduan pada Sang Kholiq » | Kisah seorang ibu » | Muslim and Poverty » | Relativitas Waktu » | Akhirat, tempat tinggal sesungguhnya manusia » | Datang dari Allah dan akan kembali kepadaNya » | Kedahsyatan Saat Menjelang Maut »

Rasa takut penyebab trauma anak

'Ayo makan !" teriak seorang ibu kepada anaknya. "Nggak mau, aku maunya main !" tolak si anak. Karena si anak disuruh makan berkali-kali tidak mau, akhirnya si ibu menggunakan jurus andalan : mengancam dan menakuti. "Ayo, kalau nggak mau makan, ibu panggilin doklter lho. Biar nanti disuntik .. " kata si ibu dengan nada marah.
Ajaib, si anak langsung menuruti perkataan ibunya. Ternyata, si ibu menggunakan strategi itu agar anak menjadi menurut. Rupanya si anak memang sangat takut dengan sosok dokter, karena baginya dokter selalu membuatnya menangis.

Tanpa terasa ketakutanya berdampak sangat fatal. Suatu saat si anak jatuh sakit, sehingga harus melakukan perawatan dokter. Ketika di bawa ke dokter, dia menangis bahkan jatuh pingsan karena begitu takutnya.

Si ibu tidak menyadari bahwa ketakutan-ketakutan yang dirasakan anak waktu kecil akan memberikan efek psikologis negatif, bahkan membuatnya menjadi trauma. Seringkali tidak disadari ucapan-ucapan kita kepada anak telah membuatnya tumbuh menjadi penakut.

Ada ibu yang berkata kepada anak, "Kamu tidak takut tidur dalam kegelapan ?" Ungkapan demikian bisa segera mendorong si anak berfikir : ada sesuatu yang menakutkan di waktu gelap. Ungkapan "Dasar anak penakut" juga bisa membuat anak berfikir bahwa dirinya adalah seorang anak yang penakut.

Demikian pula dengan anak yang selalu memperoleh kekerasan dari orang tuanya. Ada orang tua yang membuat anak takut dan putus asa. Terjadi kekerasan pada anak meski sang anak telah berusaha berbuat untuk menjadi lebih terbaik dengan mengubah perilakunya dan memperbaiki kekurangannya. Perasaan tertekan dan teraniaya timbul dalam diri anak lalu menjadi trauma.

Ada sebuah kisah nyata tentang seorang ibu yang senatiasa menggunakan kekerasan untuk membuat jera si anak. Suatu ketika ibu tersebut membawa anaknya ke sebuah pesta. Di sana, si anak bermain begitu bebasnya sehingga menumpahkan makanan yang membuat ibu si anak malu. Lalu, si ibu segera memukul, menendang, dan mendorong hingga anak itu jatuh tersungkur. Keesokan harinya, si anak menjadi pemurung bahkan selalu menutup diri di kamarnya. Tak pernah sekali pun mau bermain besama teman-temannya. Dan itu berlanjut hingga dia dewasa.

Kekerasan yang di alamai anak apalagi dilakukan secara berulang-ulang di depan orang banyak bisa membuat si anak merasa takut. Kita sering mendapatinya, anak menangis, berteriak dan emosinya tetap membara.

Secara alami anak merasa takut saat dirinya berada dalam kondisi yang mengacam, seperti ketakutan ditinggal sendirian, anak takut berada di lingkungan yang asing, takut berada di tempat yang sepi, atau takut jatuh.

Rasa takut anak timbul juga karena sering ditakut-takuti atau diancam. Orangtua sering melakukan hal ini dengan tujuan untuk memudahkan mereka dalam mengontrol atau mengendalikan anak.

Kadang-kadang ketakutan bukan hasil dari tekanan lingkungan, tapi dapat juga berasal dari kepribadian anak tersebut, seperti anak takut sekolah. Fobi sekolah pada anak-anak kecil biasanya bukan merupakan rasa takut pada sekolahnya, tetapi takut berpisah dengan orangtuanya. Seorang anak ingin selalu berdekatan dengan ibunya dapat menciptakan berbagai macam alasan, misalnya sakit perut untuk tetap tinggal di rumah.

Dari beberapa kasus yang kita lihat, sumber trauma yang paling dominan adalah justru orangtua itu sendiri. Sikap orangtua yang tercermin dari rasa gelisah, bingung, marah, ribut, suka mencaci dapat mendorong anak menjadi trauma. Begitu juga orangtua yang memperlakukan anak secara kejam atau malah memanjakan, serta tidak peduli dan menyepelekan pertanyaan. Trauma yang paling banyak dialami anak adalah ketakutan yang bisa dirasakan, memiliki sumber-sumber nyata, realistis dan terbatas. Diantaranya takut pada polisi, dokter, sekolah, hewan, gelap, senjata, petir, gempa.

Trauma memang bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Lalu apa sebenarnya trauma itu ? Menurut Hamilton, seorang psikolog, ada beberapa kriteria yang disebut dengan trauma : kejadian yang dialami orang-rang dari pengalaman yang menakutkan, yang membayangi orang-orang di masa sekarang dan orang-orang yang mendapat perlakuan fisik. Sedangkan Herman, psikolog yang lain menyatakan bahwa trauma dapat dilihat dari gejala-gejala seperti : terkejut, terjebak, perlakuan fisik, luka-luka atau tindak kekerasan dan menyaksikan kematian yang mengerikan.

Seorang anak yang mengalami trauma tampak pada ekspresi rona wajahnya. Bahkan terkadang disertai teriakan. Setelah di atas dua tahun, ekspresi ini mengalami perkembangan. Ia berteriak dan berlari gemetar yang disertai dengan perubahan raut wajah. Perkataannya pun terpototng-potong. Terkadang menyebabkan keringat mengucur deras dan kecing tanpa sengaja.

Lalu bagaimana ketika anak kita mengalamai trauma ? Carl Rogers menyatakan, pendekatan yang paling baik bagi orangtua adalah menghargai perasaan anaknya sambil menjelaskan perasaan orangtua itu sendiri. Dukungan emosional bagi anak sangat diperlukan untuk mengatasi rasa takutnya. (QA Magazin)

Labels:


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...






About me

Powered by FeedBurner Add to Google Reader or Homepage

Unen - unen

"Carilah kekuatan di gelapnya malam, di sujud-sujud panjang, di syahdunya tilawah, di laparnya shaum. Sesungguhnya setiap hamba itu lemah dan hanya Alloh Ta'alaa Pemilik Kekuatan Sempurna"

"Sungguh unik pribadi orang beriman semua perkara yang ada padanya adalah baik. Jika bahagia dia bersyukur dan jika berduka dia bersabar dan itu baik baginya"

Empat Kunci kebahagiaan hidup :
  • Memelihara prasangka baik,
  • Menegakkan sholat malam,
  • Memperbanyak tilawah Al-Qur'an,
  • Ikhlas dan tawakal atas keputusan Alloh.

  • Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak. ( Khalifah 'Ali )

    Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah. ( Ibnu Mas'ud )


    My Photo


    Mybloglog


    Donate Me


    My Links

    Blog Shoes Shop Blogger Indonesia Blog Tutorial    Kolom blog tutorial My Daily Thoughts Kedungbrita Indonesia Kemarin
    Links to Site

    Aggregator

      blog-indonesia 

    RSS Feeds

      Powered by  MyPagerank.Net Add to Pageflakes Subscribe in Bloglines Add MEDITATE | PERSONAL | PERENUNGAN to Newsburst from CNET News.com

    Make money online


    Ingin mendapat pengasilan dari web anda? Click button di bawah ini
    Text Link Ads

    Ayo Ngeblog


    BANTULKU



    P a r t n e r

    Adsense Indonesia

    eXTReMe Tracker

    Google