Memupuk rasa tanggung jawab anak
Saat mainan anak berserakan di lantai, pada umumnya yang sering dilakukan orang tua ada dua. Pertama, memarahi anak karena tidak bisa membereskan mainannya. Kedua, besegera membereskan mainan tersebut tanpa melibatkan anak. Mana yang paling pas ? Tidak ada. Yang baik adalah membereskan mainan dengan melibatkan anak atau mengajari anak untuk dapat membereskan mainannya.
Ada analogi menarik yang dikemukakan John Gray dalam bukunya Children Are from Heaven. Menurut John Gray, seekor kupu-kupu tidak akan muncul dari kepompongnya tanpa berjuang keras. Kalu kita sebagai orang tua membukakan kepompongnya karena merasa kasihan atau agar kupu-kupu tidak usah bersusah payah untuk keluar kita malah akan membunuhnya. Perjuangan keras untuk keluar dari kepompong itu diperlukan anak untuk proses pematangan diri.
Imam Musbikin dalam bukunya Anak Kreatif Ala Einstein menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk melatih tangungjawab anak akan barang-barang miliknya.
Pertama, buat daftar inventaris barang anak Anda, letakkan di tempat yang mudah dilihat. Periksa setiap pekan bersama anak Anda, bila ada barang baru segeralah tambahkan, bila ada barang yang hilang dan anak Anda tidak dapat memberikan keterangan yang jelas berilah hukuman yang mendidik seperti membersihkan rumah.
Kedua, beri peringatan tantang nilai dan harga barang sehingga anak berhati-hati dalam menjaga barangnya. Ingatkan dan ajari ia senantiasa untuk menyimpan, merapikan maupun membersihkan barang-barangnya. Bila ada barang yang rusak tidak perlu segera di ganti, ajarilah ia untuk memperbaikinya dulu bila masih bisa diperbaiki. Biarkan sekali waktu ia kebingungan mencari barang-barangnya ketika ia tetap dengan kebiasaannya tidak mau membereskan barang. Beri penghargaan, pujian ataupun hadiah bila ia bisa melaksanakan pekerjaanya dengan baik.
Ketiga, beri ia tempat khusus untuk menyimpan barang-barangnnya, karena hal ini dapat melatih tanggungjawab atas barang dan tempatnya. Beri ia teladan karena anak sering kali meniru langsung sikap dan kebiasaan orang tua.
Dengan latihan dan bimbingan yang kontinyu, lambat laun hal tersebut dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan sehingga tumbuh rasa tanggungjawab pada diri anak.
(QA Prophetic Parenting Magazin dan beberapa sumber )
Ada analogi menarik yang dikemukakan John Gray dalam bukunya Children Are from Heaven. Menurut John Gray, seekor kupu-kupu tidak akan muncul dari kepompongnya tanpa berjuang keras. Kalu kita sebagai orang tua membukakan kepompongnya karena merasa kasihan atau agar kupu-kupu tidak usah bersusah payah untuk keluar kita malah akan membunuhnya. Perjuangan keras untuk keluar dari kepompong itu diperlukan anak untuk proses pematangan diri.
Imam Musbikin dalam bukunya Anak Kreatif Ala Einstein menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk melatih tangungjawab anak akan barang-barang miliknya.
Pertama, buat daftar inventaris barang anak Anda, letakkan di tempat yang mudah dilihat. Periksa setiap pekan bersama anak Anda, bila ada barang baru segeralah tambahkan, bila ada barang yang hilang dan anak Anda tidak dapat memberikan keterangan yang jelas berilah hukuman yang mendidik seperti membersihkan rumah.
Kedua, beri peringatan tantang nilai dan harga barang sehingga anak berhati-hati dalam menjaga barangnya. Ingatkan dan ajari ia senantiasa untuk menyimpan, merapikan maupun membersihkan barang-barangnya. Bila ada barang yang rusak tidak perlu segera di ganti, ajarilah ia untuk memperbaikinya dulu bila masih bisa diperbaiki. Biarkan sekali waktu ia kebingungan mencari barang-barangnya ketika ia tetap dengan kebiasaannya tidak mau membereskan barang. Beri penghargaan, pujian ataupun hadiah bila ia bisa melaksanakan pekerjaanya dengan baik.
Ketiga, beri ia tempat khusus untuk menyimpan barang-barangnnya, karena hal ini dapat melatih tanggungjawab atas barang dan tempatnya. Beri ia teladan karena anak sering kali meniru langsung sikap dan kebiasaan orang tua.
Dengan latihan dan bimbingan yang kontinyu, lambat laun hal tersebut dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan sehingga tumbuh rasa tanggungjawab pada diri anak.
(QA Prophetic Parenting Magazin dan beberapa sumber )
Labels: pendidikan anak
Post a Comment